Senin, 22 Februari 2016



m,terburu-buru dan tidak memiliki keteguhan hati. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

“Terburu-buru itu dari syetan dan berhati-hati itu dari Allah.” [HR At-Tirmizi No. 2012]

Ketujuh,cinta terhadap harta. 

Selama cinta terhadap harta bersemayam di dalam hati, maka ia akan merusaknya, sehingga mendorong kepada pencarian harta dengan cara yang tidak benar, membawanya kepada sifat kikir, takut miskin dan mencegahnya mengeluarkan hak yang diwajibkan.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Mahamengatahui.” [QS. al-Baqarah: 268]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah mengingatkan akhir perjalanan harta manusia dengan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:

“Seorang hamba berkata: “Hartaku, hartaku,” padahal harta yang dia miliki hanyalah tiga. (Yaitu): yang telah ia makan, lalu dia membinasakannya; yang telah ia pakai, lalu dia menjadikannya usang; yang telah dia berikan (shadaqah karena Allah Ta’ala), lalu ia pasti akan memilikinya. Adapun selain itu, maka ia akan pergi dan meninggalkannya untuk manusia (yaitu ahli warisnya).” [HR. Imam Muslim No. 2959]

Kedelapan,mengajak orang-orang awam kepada fanatisme mazhab,tanpa melaksanakan amalan sesuai esensinya (kepentingannya).

Kesembilan,mengajak orang-orang awam untuk berfikir mengenai Dzat Allah subahanahu wa ta'ala,sifat-sifatNya dan masalah-masalah yang sebenarnya di luar jangkauan akal mereka,sehingga membuat mereka ragu terhadap dasar agama.Karena sesungguhnya akal manusia terbatas,dan ia tidak mampu memikirkan Dzat Allah subhanahu wa ta'ala.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan janganlah kamu berfikir tentang (dzat) Allah ‘Azza wa Jalla.” [Silsilah ash-Shahîhah No. 1788]

Kesepuluh,berburuk sangka terhadap kaum muslimin. 

Melalui pintu ini, syetan ingin memutuskan tentang diri seorang Muslim berdasarkan buruk sangka, melecehkannya, mengatakan yang macam-macam tentang dirinya dan melihat dirinya lebih baik darinya. buruk sangka bisa dibuat sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan selera orang yang buruk sangka. Orang mukmin adalah yang memaafkan orang mukmin lainnya, sedangkan orang munafik adalah yang mencari-cari keburukan. Maka setiap orang harus hati-hati terhadap titik-titik sensitif yang sering memancing tuduhan, agar orang lain tidak buruk sangka kepadanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Jauhilah persangkaan, karena sesungguhnya persangkaan itu adalah berita yang paling dusta. Dan janganlah engkau mencari-cari (mendengarkan) berita tentang kejelakan manusia, janganlah engkau menyelidiki cacat-cacat manusia, janganlah engkau saling melakukan tipu daya, janganlah engkau saling hasad, janganlah engkau saling membenci, janganlah engkau saling membelakangi. Jadilah engkau hamba-hamba Allah yang bersaudara.” [HR. Bukhari No. 6066 & Imam Muslim No. 2563]

Itulah sepuluh pintu masuk bagi syetan.Cara terapinya adalah menutup pintu-pintunya dengan cara membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela.(ARY).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar